Nyaris semua penyanyi dan musisi sekuler dan rohani di Tanah Air mengenal baik Koenrohadi (60). Sosok yang dikenal mahir di bidang recording engineering atau juru rekam suara ini pernah dijadikan kepercayaan tunggal para penyanyi dan musisi di era 80 sampai 90-an. Dia dianggap punya andil besar memoles suara penyanyi sehingga terdengar merdu. Sejumlah pendeta terkenal pun dibuat kagum padanya.
BERJUMPA Mas Kun, panggilan akrabnya, seperti bertemu seorang rohaniwan nan bersahaja. Nada suaranya tenang dan lembut. Penampilannya pun mencer-minkan kesederhanaan. Sosok yang sudah menginjak usia enam puluh tahun pada Maret lalu ini masih terlihat energik saat dijumpai REFORMATA di Mal Kelapagading, Jakarta Utara. Walaupun dia baru mengakhiri perjalanan “panjang” akibat terjebak macet sejak dari Bekasi, tidak ada rasa penat terpancar dari wajah pria bertubuh ramping ini. Tanpa menunggu lama-lama, dia pun mengisahkan pertemuan-nya dengan Yesus.
Belasan tahun silam, banyak pihak menilai Mas Kun amat peka dan mahir mengatur nada suara dan musik sampai menghasilkan kombinasi yang sempurna. Dia memang dikenal sebagai “jawara” studio. Meski dia hanya lulusan SMA, ilmunya melebihi operator studio lain yang lebih senior. Tidak hanya para penyanyi sekuler yang segan dan terpikat dengan keahliannya, kalangan musisi dan pelantun lagu-lagu gerejawi pun menaruh harap pada sentuhan jemarinya guna memoles lagu-lagu mereka.
Segudang artis papan atas seperti penyanyi Dina Mariana, Jimmy Manoppo (drummer), grup band The Rollies, dan lain-lain, bergantung padanya. Alhasil, setumpuk tawaran mengalir deras dari sejumlah artis masa itu. Tak pelak, Mas Kun kebanjiran order. Kehidupan ekonomi keluarganya pun berkecukupan. Dia dapat mengantarkan kedua anaknya menjadi sarjana.
Di tengah puncak kariernya tersebut, seorang penyanyi rohani pendatang baru di jalur musik gerejawi bernama Nur Afni Octavia, memintanya memoles lagu-lagu dalam albumnya. Mas Kun pun mengangguk setuju. Kesediaannya membantu Nur Afni, karena merasa kasihan padanya. Pasalnya Nur terkesan selalu dijegal ketika hendak merekam album rohani Kristennya. Bukan rahasia jika waktu itu album rohani Kristen dianaktirikan di studio itu. Meski Mas Kun sendiri waktu itu bukan Kristen, namun dia tidak mempersoalkan jenis lagu.
“Saya ini orang cinta seni yang tidak membeda-bedakan lagu apa pun. Kalau ada orang-orang gereja yang mau rekaman atau ingin sewa studio untuk lagu rohani, rekan-rekan saya di studio terkesan meng-anaktirikan atau menyepelekan. Mereka selalu cari-cari alasan untuk menolak lagu-lagu bernuansa Kristen ,” kenang bapak dua anak ini.
Suatu kali, saat kembali memutar lagu Nur Afni Octavia berjudul “Mataku Tertuju Pada-Mu”, dalam posisi duduk sendirian di depan meja mixer yang penuh dengan tuts channel untuk mengatur tinggi-rendahnya suara penyanyi, sesosok tangan besar muncul di depannya dan secara perlahan turun menaungi kepala dan tubuh-nya. Sebelumnya, dia memang merasakan ketenangan batin mendengar alunan pujian dan syair dalam album Nur Afni tersebut.
“Setelah selesai merekam, lalu saya mix lagunya, tanpa terasa tiba-tiba tangan-Nya turun menjamah kepala saya. Saya langsung menangis saat itu juga,” ujarnya terharu. Kemudian, salah seorang sahabatnya, Willy Soemantri, arranger, masuk ke studio dan terperanjat melihat dia menangis. “Ada apa, Mas?” tanya Willy yang dari dulu menganut agama Kristen. “Saya diterima Yesus,” sahut Mas Kun. Willy pun langsung memeluknya.
Pertemuannya dengan Sang Juru Selamat itu berlangsung begitu singkat. Saat itu pula Mas Kun mengambil keputusan mene-rima Yesus dan berkomitmen berkutat di jalur rohani.
“Sebenarnya Tuhan sudah membuka kesempatan-kesem-patan agar saya datang kepada-Nya tapi saya belum tanggapi serius,” ungkap suami Sumari ini. Salah satu peristiwa di mana Tuhan menunjukkan “sinyal”-Nya saat Mas Kun diminta membantu Pdt. Gilbert Lumoindong terkait sound rekaman dan gambar khotbahnya yang ditolak televisi swasta lantaran kurang baik. Setelah ditangani Mas Kun, hasilnya memuaskan pihak televisi. Atas jasanya itu, dia kebanjiran undangan dari banyak gereja dalam acara kebaktian kebangunan rohani (KKR) di sejum-lah gereja besar di Tanah Air.
Tidak saja mengurusi sound engineering, tapi Mas Kun pun makin peduli kepada gereja dengan mengajari jemaat bermain musik. “Saya terbeban membantu menga-jari mereka musik karena sering melihat cara bermainnya ambu-radul,” kata Mas Kun tertawa. Ber-kat kedekatannya dengan banyak pengurus gereja, Mas Kun semakin dilirik banyak studio rekaman rohani. Tanda lainnya yakni keinginan dia membantu pihak musisi dan penyanyi Kristen ketika kesulitan mencari mixer yang baik.
Soal Nur Afni Octavia
Keputusan pria kelahiran Sema-rang, Jawa Tengah 15 Maret 1948 ini menjadi pengikut Kristus, tidak mendapat protes dari keluarga besarnya. Bahkan, satu dari dua anaknya mengikuti jejak sang ayah: menerima Kristus. Sang istri yang sejak dulu selalu setia mengikut Yesus, tentu saja menyambut suka cita keputusan itu. “Saya yakin ini semua berkat doa istri saya. Kami berharap satu anak saya lagi yang belum percaya juga dijamah Tuhan. Keselamatan memperoleh hidup yang kekal tidak ada di siapa pun kecuali melalui Yesus Kristus,” ujarnya.
Sebagai orang yang pernah membantu Nur Afni merekam lagu-lagu gereja, Mas Kun sangat menyesali keputusan artis itu meninggalkan Juru Selamat.
Bergulirnya waktu, usia Mas Kun makin mendekati senja. Kemahirannya mengatur tuts recording engineering tentu tidak perlu diragukan. Namun sesuai hukum alam, secara perlahan dia mulai tergeser dengan tampilnya para operator muda di ranah studio. Meski sudah penisun, aktivitas pria paruh baya ini tidak berkurang. Undangan gereja-gereja selalu datang. Malah, berkat yang diperoleh masih sama seperti dia masih aktif bekerja.
“Itulah indahnya hidup di dalam Tuhan Yesus, tidak akan pernah hidup kita mengalami kekurangan. Apa yang menjadi kebutuhan kita selalu dicukupkan-Nya. Sayang sekali mereka yang sudah menerima anugerah keselamatan kekal melepas anugerah itu hanya demi memuaskan keinginan-nya. Hidup itu kan hanya sementara. Yang terutama, surga sudah kita peroleh,” kata Mas Kun bangga.

No comments:
Post a Comment