Nama Ki Gendeng Pamungkas tentu dikenal oleh banyak orang pada umumnya, terutama bagi yang menyukai dunia supranatural. Ki Gendeng dikenal sebagai seorang paranormal kontroversial yang sering melontarkan pernyataan-pernyataan ramalannya dan banyak dimuat media massa. Bahkan di kartu namanya, ia benar-benar menunjukkan ke-'gendeng'-annya dengan mencantumkan tulisan "PT Neraka Jahanam, memberi informasi masalah: ilmu hitam/putih, cara hidup/mati sehat, cara berbuat baik/jahat, jual beli peti mati/kain kafan baru dan bekas, jual beli tanah kavling untuk kuburan, jual beli setan/jin/tuyul dan sejenisnya".
Namun siapa yang menyangka, sejak tahun 1998 lalu, Ki Gendeng menyatakan dirinya mengikut Yesus. Ki Gendeng yang bernama asli Isanmarsadi adalah anak nomor tiga dari lima bersaudara yang dibesarkan di tengah keluarga yang kuat dan taat tradisinya. Sejak kecil ia sangat senang dengan ilmu kebatinan dan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh. Bahkan ketika SMP ia sudah beberapa kali menyembuhkan sakit teman-teman sekolahnya. Ki Gendeng mengaku mendalami ilmu hitam pada 59 guru di 16 propinsi di Indonesia, dan kegilaannya pada ilmu hitam sempat membawanya sampai ke Afrika untuk belajar voodoo. Sejak 1978 karirnya meningkat pesat dan ia menjadi orang terkenal yang disegani banyak orang. Dengan ilmunya yang tergolong tinggi, banyak orang datang kepadanya untuk melakukan order membunuh atau mencelakakan orang. Dan untuk itu ia menerima bayaran yang tinggi pula sehingga tak heran kekayaannya semakin melimpah. Menurut pengakuannya, kalau dihitung-hitung sudah 800 orang mati terkena santetnya.
Kisah pertobatan Ki Gendeng diawali ketika ia berada di Timur Tengah ketika sedang menjalani kewajiban rohani bersama keluarganya. Tiba-tiba saja ia mengalami kelumpuhan dan tidak bisa berjalan sehingga ia dibawa kembali ke hotel. Di dalam kamarnya Ki Gendeng bersembahyang menurut imannya meminta pertobatan, karena diyakini kelumpuhan itu adalah akibat dosa perbuatannya menyantet orang. Saat sembahyang itu Ki Gendeng merasa ada yang memegang tangannya, tapi tidak tahu siapa. Ibu dan anak perempuannya yang ada di dekatnya ketika ditanya hanya diam saja. Dan saat itu tanpa disadarinya Ki Gendeng sudah bisa berjalan lagi. Dengan penasaran ia bertanya lagi, siapa yang menggandeng tangannya. Akhirnya keluarganya memberitahu bahwa yang menggandeng tangannya adalah Yesus. Kejadian aneh yang dialaminya membuat Ki Gendeng bingung dan bertanya-tanya, karena ia bukan pengikut Yesus dan rasanya tidak mungkin ibunya berbohong. Akhirnya iapun menyadari hal tersebut dan percaya bahwa yang menggandengnya adalah Yesus. Malam harinya, ketika ia kembali bersembahyang, Yesus sekali lagi menjamahnya dan saat itu pula tanpa ada keraguan lagi Ki Gendeng mulai mengerti dan menerima Yesus sebagai Tuhan. Sepulang ke tanah air, Ki Gendeng ternyata masih tetap praktek menjalankan profesinya yang lama.
Rupanya ia tidak sadar bahwa sejak ia menerima Yesus segala ilmunya telah lenyap. Beberapa order yang ia terima semuanya gagal sehingga membuatnya malu dan mengembalikan uang yang sudah ia terima. Ramalannya pun masih banyak ditemui di berbagai media massa, dan lucunya, ramalannya banyak yang meleset tapi orang masih mempercayainya. Menyadari ilmu-ilmu pamungkasnya sudah lenyap, Ki Gendeng berasumsi bahwa ia sekarang bukan paranormal lagi. Ia mulai sering mendengarkan khotbah-khotbah, dan yang suka ia dengarkan waktu itu adalah Pdt. Gilbert Lumoindong yang sering muncul di teve. Rupanya Tuhan sudah mengatur semua jalan hidup Ki Gendeng, sehingga tanpa diduga mereka bertemu di Bandara Soekarno Hatta dan berada dalam satu pesawat menuju Surabaya. Dari pertemuan itu, hubungan mereka semakin akrab dan berlanjut dengan konseling yang lebih mendalam tentang kehidupan Kristen.
Saat ini Ki Gendeng, istri, anak-anak, ibu, kakaknya yang pertama dan adiknya yang bungsu sudah menerima Yesus seperti dirinya. Ki Gendeng dikaruniai lima orang anak, dua di antaranya kembar (pria-wanita) kini sedang belajar di California, AS. Anak yang ketiga sekolah di Australia, nomor empat di Singapura, dan yang bungsu masih di Indonesia. Sungguh ajaib karya Yesus dalam kehidupan Ki Gendeng dan keluarganya, walau tak mudah bagi seorang Ki Gendeng untuk melepaskan kuasa kegelapan yang menyelimutinya, tapi darah Yesus sanggup melakukan itu semua. * "Saya mohon didoakan oleh saudara seiman yang percaya Yesus ....agar- anak saya, Hangrani Masardi, biasa saya panggil Rindu...mudah-mudahan bisa kembali pulang. Istri saya, anak saya dan saya sangat kangen. Saya minta didoakan agar Rindu bisa pulang. Saya percaya anak saya masih hidup. Hanya saya tidak tahu sokarang dia ada dimana. Andaikata saya masih jadi pemuja lblis, dengan ilmu vodoo saya bisa mencarinya,'Ki Gendheng mengucapkan permintaan itu sambil terisa-isak. Sesekali ia minum air putih agar bisa menata emosinya.
Sekitar 600 anggota jemaat yang hadir pada KKR GBI Bethany, 7 September 2000. Terlihat hening ikut merasakan kesedihan ki Gendheng. Anak keduanya itu menghilang setelah Ki Gendheng membuat kesaksian digereja di daerah Tubagus Angke. Rumahnya juga dibakar. Ia menduga semua itu perbuatan sebagian teman-temannya dulu. Dulu ia memang dikenal sebagai tokoh ilmu hitam yang terang-terangan mengaku sebagai "pemuja Iblis" dalam kartu namanya. Sejak kecil tokoh paranormal yang bernama asli lhsan Masardi ini sudali bercita-cita jadi "penjahat yang baik". Ia melihat banyak orang susah disekitarnya. Karena itu ia bertekad menjadi "perampok yang baik" untuk dibagi-bagikan pada orang yang miskin. Sewaktu jadi penjahat, ia pernah bertemu almarhum Kusni Kadut , penjahat legendaris yang ia kagumi. "Dia memberitahu kalau mau jadi penjahat, saya harus punya macam-macam ilmu. Misalnya ilmu Lembu Sekilan, "kata bapak dari lima anak ini, "Dia lalu memberi saya jimat." Setelah itu ia mendatangi beberapa tokoh dukun di jawa dan Kalimantan.
Suatu saat ayahnya jatuh sakit. Dokter mengatakan tidak apa-apa, tapi menurut paranormal ayahnya kena santet. Ia ingin tahu orang yang menyantet ayahnya. Ia lalu berkisah: "Tanpa sengaja saya melihat film horor tentang seorang anak yang belajar ilmu santet. Di situlah saya dapat ide belajar ilmu santet. Pertama kali saya datangi kawasan jampang Surade di desa Ciwaru untuk berguru pada bapak Hasan. Setelah lulus jadi penyantet, saya harus membunuh guru saya itu. Saat pulang. ayah saya sudah koma di RS Gatot Subroto. Dua han kemudian akhirnya meninggal. Saya semakin ber tekad mencari orang yang menyantet ayah saya. 'Ternyata orang itu adalah rekan kerja ayah yang tidak suka pada posisi ayah saya. Pada malam Selasa Kliwon, saya mempraktikkan ilmu santet saya. Kamis pagi jam sembilan orang itu meninggal dunia. Ketika di Moskow saya melihat paranormal bisa dikomersialkan. Karena itulah saya berani memasang pengumuman di Hotel Hilton Jakarta: 'Ki Gendheng Pemungkas menerima order santet. Kalau yang saya santet tidak mati, orang itu harus saya tembak. Kehidupan saya ketika itu cukup enak. Saya bisa menyekolahkan anak saya ke luar negeri. Saya juga punya rumah di Australia, Kalifornia dan Singapura. Tapi hati saya tidak tenteram dan hampir tidak bisa tidur.
Puncaknya, saat melakukan perjalanan spiritual ke luar negeri saya jatuh terkapar tak berdaya. Untungnya, saya bisa sembuh dari kelumpuhan setelah saya dijamah tangan Tuhan Yesus. Saya hanya melihat bayangannya sekali, tapi ibu saya, anak saya dan saudara saya beberapa kali melihat bayangan Yesus di dekat saya. Saya lalu pulang ke Jakarta, tapi peristiwa itu saya pendam nyaris 5 tahun. Saya tidak cerita pada siapa pun. Hingga suatu saat saya bertemu Pdt Gilbert Lumoindong. Saya bilang pada pak Gilbert, "Saya ingin menjadi orang Kristen", kata saya. Tapi pak Gilbert memberi syarat, "Kamu harus buang semua ilmu vodoo kamu." Saya belajar ilmu vodoo dari Afrika karena sangat praktis. Untuk menyantet orang, tidak perlu persiapan yang berhari-hari. Bila ada order datang jam tujuh, korbannya sudah mati pada jam delapan. Perlu diketahui, saya bekerja sama dengan oknum dokter di RSCM agar bisa membeli darah dan otak korban kecelakaan atau korban pembunuhan. Ritual vodoo memang harus menggunakan cars itu. Saat melakukan penyembahan, barang-barang itu saya minum dan makan. Untuk mendapatkan ilmu vodoo itu, saya harus membunuh seorang wanita yang belum menstruasi. Dia saya beri rempah-rempah selama 3 hari 3 malam, lalu menidurinya.
Setelah itu saya memakan otak, hati dan jantungnya. Tulang rusuknya saya ambil untuk dijadikan susuk ditangan kanan saya. Pak Gilbert menyuruh saya membuang susuk itu. Sebenarnya ia menyuruh saya pergi kerumah sakit. Tapi saya tolak karena caranya tidak boleh begitu. Saya lalu ambil silet untuk menyilet tangan saya sendiri. Lukanya sepanjang 10 cm Rasanya sakit sekali' Untuk menjahit lukanya, saya pakai benang jahit sepatu. Kebetulan ada tukang sol sepatu yang lewat. Melihat itu Pak Gilbert hanya bisa menangis. Tapi saya bilang,"Nggak apa-apa Pak. Saya sudah biasa sakit." Peristiwa itu juga saya pendam. Tapi rencana Yesus memang lain.
Saya ketemu Pdt. J. Girsang yang juga seorang pengacara. Kebetulan saya sedang mengintimidasi sebuah pengadilan di Lampung. Saya minta tolong untuk dicarikan pendeta yang bisa menginterprestasikan sikap-sikap kontroversial saya ini. Lalu ditunjuklah Pak Hans Jefferson. Oleh Pak Hans saya diiminta membuat kesaksian tentang pengalaman spiritual saya itu, bahwa yang menyembuhkan saya adalah 'Tuhan Yesus' Jejak saya mengikut Yesus ini diikuti oleh ibu saya, anak saya yang pertama, kedua dan kelima, kakak saya nomor satu, adik saya nomer enam dan tujuh. Kini saya bercita-cita ingin menjadi pelayan Yesus yang baik." kata Ki Gendheng.. Ikut Yesus memang berat, ibarat kita diberikan salib yang berat untuk kita panggul, tapi percayalah salib yang berat itu akan terasa sangat ringan kalau kita benar-benar beriman sungguh-sungguh terhadap Dia, karena Dia akan berjalan bersama kita turut memanggul salib kita. Ikut Kristus membuat segalanya terasa indah pada akhirnya. Kita tidak akan tahu betapa indahnya kasihnya kalau kita tidak mencoba untuk mengenal dan mengasihi Dia.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)

No comments:
Post a Comment